Tentang endangered language

Bahasa saat mereka muda

Tadi pagi setelah bersih-bersih rumah, saya mengobrol santai dengan ibu saya. Seperti pola obrolan pada umumnya yang terjadi di masyarakat saya, mereka akan memulai obrolan dari hal yang mereka lihat di sekelilingnya. Ibu saya mengawali obrolan dengan membahas lemari tua di sudut ruang makan yang dulu dibelinya saat awal-awal memiliki rumah sendiri setelah menikah. Obrolan terus mengalir sampai ke kenangan masa lalu tentang susah dan sederhananya hidup pada zaman itu. Beliau menceritakan aktivitas-aktivitas masa lalu dengan menggunakan bahasa Jawanya. Saya menangkap bahwa mulai banyak kegiatan yang ditinggalkan saat ini, seperti membuat tikar dari bahan “mendong”, yang aktifitas menganyamnya disebut “nganam”. Saya masih bahasan sosiolinguistik tentang bahasa dan budaya, dimana jika budaya yang dilakukan mulai ditinggalkan, ada potensi hilangnya kosakata itu karena sudah jarang dituturkan oleh penuturnya. Lalu, munculah ide untuk mengobrol lebih banyak dengan generasi jaman ibu saya dan di atasnya tentang masa-masa mudanya. Selain untuk menemukan macam-macam aktivitas ekonomi/survival zaman dulu, nanti mudah-mudahan akan ketemu juga aktivitas sosiokultural lainnya. Lumayan, hasilnya bisa dibagi ke banyak orang, syukur-syukur masuk ke linguistic conference.