Dream High, Work Hard, Achieve More. EC Closing Book 2014

20140202_154340

English Club time in SMAN 1 Pringsewu competitions

Berawal dari sebuah kesenangan mengikuti lomba bahasa Inggris semasa SMA dan kuliah, mengenyam pahit manisnya perlombaan, akhirnya saya berada di sebuah fase dimana saya tak lagi menjadi peserta lomba, melainkan menjadi orang yang berada dibalik layar sebuah tim dalam berlomba. Akhir tahun ajaran 2013-2014 menggenapkan tahun kedua saya bersama English Club SMAN 1 Gadingrejo, sebuah sekolah yang membuat saya betah untuk datang setiap Jumat siang, karena atmosfer dan kekeluargaan murid-muridnya. Suasana kelas yang hangat, sekolah yang hijau, jajanan kantin yang murah, murid-murid yang ramai (ngocehnya) menjadi pelengkap suasana Jumat Sore di English Club.

3 bulan sebelumnya, murid-murid English Club sekolah ini saya tinggal untuk Program SSEAYP. Saya hanya berkomunikasi dengan beberapa anak melalui Facebook. Sempat banyak yang tidak datang di hari Jumat karena pelatihnya ngabur (baca: ikut program pertukaran). 3 bulan yang membuat mereka merasa bosan. Mungkin ini salah saya, karena kurang mengajarkan mereka latihan mandiri dan mengoordinir adik-adik kelas mereka untuk datang. Semuanya menjadi proses pembelajaran untuk saya dan mereka.

Saya masih ingat, pertemuan pertama setelah saya pulang, saya disambut oleh kertas-kertas bertebaran, anggota yang duduk manis mendengarkan pengalaman-pengalaman saya selama program, dan video amatir buatan mereka untuk mengungkapkan betapa malasnya latihan tanpa keberadaan si pelatih yang sekali lagi ngabur untuk kembali.

Tanggungjawab saya di ekskul ini adalah menghandle dua tipe murid. Tipe pertama adalah mereka yang berbakat karena tempaan pendidikan yang sebelumnya dikombinasikan dengan passion dan kesukaan membaca. Tipe yang kedua adalah mereka yang punya semangat, bahasa inggris hm… perlu diperbaiki sekali, masih sulit mengutarakan sebuah kalimat karena belum terbiasa. Ada tipe satu lagi, yakni mereka yang jarang berangkat latihan, berusahapun masih malas-malasan, kemampuan bahasa Inggris yang sangat perlu diperbaiki. Saya menyebutnya tipe – DuhGustiKalauBeginiJanganMintaDikirimLomba. Tanggungjawab saya adalah membuat mereka percaya diri ketika lomba dalam bidang speech, presenting idea, storytelling, newscasting dan debate. Lumayan banyak anak dan banyak cabang, sehingga kami biasanya mulai dari pukul 1.30 siang dan selesai pada pukul 5.30 sore.

Karakteristik siswa di sini adalah bukan anak perkotaan. Rumah mereka lumayan jauh dari sekolah, sebagian dari mereka adalah anak kost. Dan sebagian lagi ada yang rumahnya di kecamatan yang berbeda, yang mana kalau sore harus sabar dan was-was kehabisan angkot. Mereka adalah mutiara-mutiara dari pelosok yang mengandalkan Bahasa Inggris dari pendidikan sekolah, bukan dari latar belakang keluarga atau kursusan. Bekal mereka adalah semangat berjuangnya yang tinggi. Dan sekolah kami bukanlah sekolah diibukota propinsi yang kadangkala sekolah di ibukota propinsi menjanjikan akses informasi dan akses bahasa Inggris yang lebih baik. Namun, tren yang ada adalah pertemuan pertama English Club, murid yang datang bisa mencapai 100, namun di akhir tahun ajaran, tinggal 1/5 nya. Siapakah 4/5 itu? Mereka adalah yang sudah mulai kesulitan belajar dan ingin segera lepas dengan cara tidak hadir terus, mereka juga adalah anak-anak yang mempunyai basic tapi bentrok dengan jadwal bimbel, atau tidak ada alasan yang pasti. Dan siapakah 1/5 itu? Mereka adalah anak-anak yang mampu bertahan, walaupun materi yang diberikan di English Club terkadang sulit dan melatih mental keberanian, tapi mereka berpikir bahwa skip latihan bukanlah jawabannya. Dan 1/5 itulah yang diakhir semester genap ini telah menunjukkan hasilnya dalam perlombaan melawan murid-murid SMA dari ibukota propinsi.

Setiap menjelang lomba, saya akan memilih mereka yang berpotensi namun, belum pernah menang – untuk menghindari kehilangan generasi baru dan monopoly yang berbakat. Saya ingin, sebanyak mungkin murid yang bisa menang. Saya memasang target pencapaian dalam hati saya, jarang sekali saya mengucapkan si A harus sampai babak tertentu. Menjelang lomba, kami merapatkan tim yang akan berangkat berikut timeline latihan pulang sekolah. Selama latihan, mereka memiliki catatan progress pribadi dan materi-materi yang perlu dikuasai sebelum lomba. Saat inilah yang dirasa menjadi masa paling melelahkan waktu, pikiran dan tenaga. “Be Extraordinary, set your target, and arrange your individual practice”. Sangat sulit kalau hanya mengandalkan 1 coach, dan waktu latihan bersama di sekolah. Ya kalau latihan jarang, waktu luang buat main, komitmen susah, bawa kamus sering lupa, latihan di rumah jarang, ya gimana pengen nyerahin piala ke sekolah. “Saya berusaha memantaskan diri saya sebagai pelatih, dan mengajak mereka memantaskan diri mereka sebagai peserta extraordinary agar Allah memantaskan diri mereka sebagai penerima penghargaan lomba”

H-1 sebelum lomba adalah waktu dimana kami memoles persiapan yang sudah ada, mengecek teks, penampilan fisik dan performa lomba, dan diakhiri dengan duduk melingkar doa bersama, memanjatkan doa atas usaha yang mereka keluarkan, waktu yang mereka prioritaskan, pelajaran yang sesekali mereka tinggalkan. Saya selalu ingin mendengar doa-doa dari setiap mereka yang berlomba. Waktu ini adalah waktu paling sensitive dimana mereka memohon kerendahan hati ketika mereka dipercaya menjadi juara, dan kelapangan hati ketika Allah memberikan rejeki mereka tidak ditempat dimana esok lomba. As time goes by, mereka menjadi orang-orang yang bersyukur dan rendah hati dan telah memahami apa arti sebuah perlombaan.

Di akhir semester ini, saya bersyukur sekali menjadi orang yang bisa membuat mereka tersenyum bangga terhadap orang tua yang sering menunggu kepulangan mereka lomba sampai malam hari, dan tersenyum mewujudkan cita-cita mereka memberikan sebuah penghargaan yang mereka terima di luar untuk diberikan kepada sekolah, dan tersenyum melihat teman satu bidang lombanya juga memenangkan sebuah pertandingan, dan juga tersenyum ketika mereka tetap belajar dan akhirnya menyadari untuk berjuang, berdoa, bersemangat, dan berbagi lebih banyak untuk bisa menjadi rekan-rekan mereka yang sudah berhasil.

Terimakasih atas segala pengalaman belajar yang telah kalian dapat

Terimakasih atas senyum semangat yang selalu kalian tunjukan

Terimakasih atas semua buah penghargaan yang telah kalian sumbangkan ke sekolah ini.

Another Needs, Another Dreams in 2014

Dream it, Believe it, Do it, Thank for it (www.katloterzo.com)

Alhamdulillah atas pengalaman dan nikmat yang luar biasa di tahun 2013, tahun penuh pengalaman pengembangan diri. Semoga di tahun 2014 ini, banyak cita-cita yang lebih bisa dicapai. Sudah awal Maret, baru menulis resolusi?

  1. Melanjutkan S2 di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Linguistik
  2. Melaksanakan Post Program Activity sampai tahap pembuatan Menghadiri Reunion on Board Surabaya
  3. Menghadiri Pre Departure Training SSEAYP 41
  4. Mengikuti komunitas seni pertunjukan
  5. Tergabung dalam komunitas kreatif dan penggerak kegiatan sosial
  6. Memiliki satu adik asuh tingkat Sekolah Dasar
  7. Belajar mendesain poster
  8. Mendapatkan part time jobs yang layak untuk biaya hidup di Jakarta
  9. Mempelajari riset etnografi dan menuangkannya ke dalam tulisan.
  10. Mempelajari TESOL
  11. Membuat blog inovasi tapis
  12. Mengumpulkan buku-buku cerita anak yang tidak terpakai
  13. Drawing more, crayoning more.
  14. Merajinkan shalat duha dan shalat tahajud

Resolusi ini insyaAllah tidak ketinggian dan tidak muluk-muluk.