Film “Tanda Tanya” di Mata Saya

Dari penayangan trailernya di sebuah TV swasta, saya sudah tertarik untuk menonton film “Tanda Tanya” sampai selesai. Sebuah film yang digarap Hanung Bramantyo ini ternyata menimbulkan kontroversi. Saya menganggap kontroversi itu wajar, namun jika kontroversi itu didasarkan pada sebuah pemikiran sebelah mata sepertinya perlu dibahas juga.

Saya sudah menonton film ini di Braga City Walk sekitar seminggu yang lalu. Saya melihat ada nilai plus yang diangkat dari film ini, namun ada pula sesuatu yang masih memerlukan jawaban. Berikut ini scene yang menurut saya menarik untuk dibahas:

  1. Pada saat seorang pastur ditusuk oleh orang yang tidak dikenal. Banyak yang menginterpretasikan bahwa ini adalah pencitraan Islam yang buruk yang dianggap teroris. Menurut saya ini tidak masalah karena dalam mempresentasikan sebuah cerita perlu ada pencitraan realita dahulu. Stereotype Islam memang sering dihubungkan dengan teroris dan inilah yang ingin diangkat. Dalam film ini sudah sedikit dijelaskan untuk “menyeimbangkan” pencitraan Islam yang digambarkan pada saat banser menjaga malam natal di  sebuah gereja sebagai bentuk toleransi beragama untuk melindungi umat agama yang lain.
  2. Saat salah seorang berpindah agama dari Islam ke Katolik. Saya memandangnya sebagai individual right setiap orang yang harus dihargai. Karena seseorang mencari sebuah ketenangan dan ketenangan belum tentu di dapat secara sama dengan orang lain atau dengan norma yang menuntut dia di masyarakat. Social rejection juga pasti akan terjadi tapi lambat laun orang juga akan memahaminya. Dalam film ini tidak dijelaskan secara detail mengapa dia pindah agama. Namun jawaban yang bisa membantu adalah wanita yang bernama….berpindah agama setelah suaminya ingin mempersunting wanita lain (dipoligamy). Memang ada kesan yang sedikit menggantung tentang image Islam sebagai sebuah agama yang mengizinkan polygami dan menjadi alasan utama seorang wanita berpindah agama.
  3. Ketika seorang muslim bekerja di sebuah Restoran China. Menurut saya adegan ini mengangkat dua hal. Dari segi masyarakat Tiong Hoa yang mengijinkan orang muslim untuk bekerja di sana tanpa memperhatikan latar belakang agama, asalkan mau bekerja. Hal lain yang ini ditunjukkan adalah bahwa masyarakat Cina juga menghargai umat lain memisahkan apa sesuatu yang dilarang dan menyuruh pegawainya beribadah ketika waktu sudah tiba. Seperti pencitraan restoran Cina yang memisahkan menu babi dan non babi serta pemisahan alat-alat masaknya. Di sisilain bahwa seorang muslim pun juga bisa mencari nafkah di restoran yang berbeda agama, selama tidak makan makanan tersebut. Dan hubungan timbal balik inilah yang juga harus dijaga bahwa di restoran Cinapun umat Islam bisa tetap menikmati hidangan sesuai dengan menu yang tidak dilarang di agamanya.
  4. Ketika seorang muslim berperan dalam drama Agama Katolik dalam perayaan natal dan paskah. Memang terkesan ekstrim, tapi bagaimana kita menanggapinya dengan terbuka. Mungkin banyak yang berpikir pesannya adalah melakukan apa saja demi uang, termasuk melakukan sesuatu untuk agama lain,berperan sebagai Jesus dalam sebuah drama. Di sini juga ada penggambaran sekelompok orang kristen yang juga tidak suka langkah ini karena dianggap mencemarkan nama Tuhan. Tapi kemudian diklarifikasi oleh Pastur bahwa hal itu tidak apa-apa, juga di jelaskan oleh seorang kiyai bahwa hal itu diperbolehkan, yang penting hatinya harus teguh dan tetap berdoa.
  5. Ketika konflik antara Cina dan Islam terkait pembukaan restoran pada hari kedua Idul Fitri. Mungkin ini yang dirasakan beberapa orang Tiong Hoa yang akan berorientesi ekonomi, membuka lapak pada hari besar suatu agama. Tapi pesan yang ingin disampaikan adalah, kepentingan ekonomi juga harus memperhatikan sisi keagamaan seseorang. Wajar saja kalau misalnya ketika hak untuk merayakan ibadah tidak ada, maka amarahpun terjadi. Tapi akhirnya sama-sama saling sadar bahwa perselisihan itu bukan jalan yang tepat menyelesaikan sesuatu.
  6. Ketika seorang Banser melakukan bom bunuh diri. Di sini saya sendiri kurang begitu jelas maksud penggambarannya. Seorang banser (sebutan untuk pasukan keamanan Nadhatul Ulama, Organisasi Islam) rela melakukan bunuh diri. Tapi di sini kalau diperhatikan alasan bunuh dirinya bukan karena demi pembelaan agama saja, tetapi juga permasalahan pribadi dan keluarga dimana dia susah menghidupi keluarganya. Saya merasa bagian ini sangat interpretatif negatif bahwa jihad harus seperti ini. Menurut saya ini adalah blur stance.
  7. Pada saat seorang Tiong Hoa masuk Islam. Alasan saya sama dengan yang nomer 1, personal choice.

Saya menghargai perbedaan dan individual right. Menurut saya, film tanda tanya sudah bagus mengangkat kerukunan umat beragama, meski ada beberapa maksud yang kurang jelas. Ini merupakan gambaran sederhana dari saya. Saya belum sempat membedah ideology film ini secara menyeluruh, belum tau latar belakang pembuatan film ini, latar belakag Sutradara, dll. Tapi saya percaya ada niat baik yang ingin disampaikan untuk mereka yang menjadi target konsumsi film ini, mereka yang mampu membeli tiket untuk menonton untuk lebih mencerna film ini secara menyeluruh.