Key Points di KKN saya

Saya jadi ingat masa KKN saya bulan Juli-Agustus 2010 lalu. Sekarang sudah mau Juli lagi, berarti sudah hampir satu tahun. Sedikit ngasih gambaran dan pengalaman KKN saya yang selama 40 hari itu tinggal di desa Ciater, kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.

1. Tempat tinggal. Buat yang harus mencari sendiri tempat tinggal selama KKN (soalnya ada yang sudah disediakan oleh pihak kampus) bisa cari beberapa alternatif. Pertama, kamu bisa minta rekomendasi dengan Pak Lurah atau Pak RTnya di sana. Siapa tau bisa tinggal satu rumah dan free of charge. Kamu juga bisa nyewa rumah yang layak dan strategis dengan kantor desa, SD, dan masjid. Karena mau tidak mau ketiga tempat itulah yang akan sering dikunjungi. Kalau kelompok saya dulu diberi keleluasaan untuk tinggal di kantor PKK. What?? Jadi kantor PKK itu sudah menjadi langganan anak-anak KKN taun-taun sebelunya. Tempatnya sangat layak dan saya betah di sana.

2. Politik. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau perpolitikan di sebuah desa juga tak kalah seperti di kancah country-level. Pasti ada yang tidak suka dengan beberapa pejabat. Ada untungnya waktu itu saya tinggal di kantor PKK, karena bisa setidaknya agak netral. Dan tugas kita juga tidak untuk memihak, tapi melaksanakan program pemberdayaannya. Bahkan kita sama sekali tidak tau track record sebuah desa apakah dulunya pernah konflik atau tidak. Ada baiknya untuk mulai mencari tau dengan cara yang baik, tapi jangan mudah terprovokasi.

3. People perspectives. Ini klasik sih dan tetap saja kejadian. Mungkin orang-orang masih menanyakan ke-multitalented-an kamu.  Yap, hari pertama dimana saya hanya ingin observasi PAUD, malah suruh langsung kasih materi. Dan saya harus tetap menjaga sikap. Lakukan apa yang kamu tau. Pelajarannya adalah PAUD akan menjadi salah satu sasaran program kamu apapun jurusan kamu, jadi mulai diperisapkan game, lagu, cerita dan materi yang aplikatif. Dalam kasus ekstrim, ada beberapa desa yang menginginkan bantuan dana dari KKN. Ya, seperti pengalaman teman-teman saya di beberapa desa yang lain. Atau mengharapkan pinjaman uang dari anak KKN karena faktor kesudahdekatan mungkin.

4. I was a selebriti. Agak lebai sihm tapi ini yang saya rasakan ketika mengajar. Saya tidak terlalu suka sepakbola, tapi saya dan teman-teman aya harus menggiring anak-anak ke lapangan (di hari pertama kunjungan ke sekolah).  Kita akan mudah sekali dikenal. Hampir setiap siswa yang diajar akan hafal ke 10 anggota kelompok kita. Yang sangat tak terkupakan adalah ketika kita masuk gerbang, puluhan tangan menyalami saya dan bilang “Kak yogi….”, it happened in every school time. Kita boleh dekat dengan murid, tapi harus tetap tegas jangan sampai mereka manja karena kedekatan kita. Kehadiran mahasiswa KKN di sekolah, di banyak pengalaman teman-teman saya, akan memberi suasana baru yang pasti mereka tunggu-tunggu tiap tahun. Apalagi ketika kita bisa mengajak mereka tertawa.

5. Mereka menunggu. Bagi desa-desa yang sudah pernah di-KKN-in mereka pasti akan bosan dengan penyuluhan, pengelolaan sampah dan lainnya. Mereka menunggu-nunggu program baru dari kita. Overall kegiatannya akan berkutat pada kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kalo memungkinkan, kamu bisa mengadakan bazar bersama warga, mengadakan pertandingan membuat kue, pelatihan kreatif, dll.

6. Posisikan timmu. Banyak sekali permintaan warga mulai dari ingin ada PAUD, mengajar semua kelas, mengajar ngaji, datang ke TPA, mengelola sampah, membantu posyandu, sampai mengembangkan ekonomi kreatif. Dan pastikan kamu tidak kewalahan. Tidak perlu semua permintaan itu dipenuhu karena kapasitas tenaga yang kita miliki. Karena 10 orang bukan jumlah yang banyak. Harus ada yang piket (masak bersih-bersih), koordinasi dengan pemerintah desa, dll.  Saat kunjungan pertama ke sekolah, saya dan teman saya langsung bilang, dari 10 anggota ini, hanya 4 yang akan mengajar, dan tidak di semua kelas, dan semua mata pelajaran. Kami membantu di bagian yang memang urgent untuk dibantu. Maka dari itu, kami hanya mengajar Bahasa Inggris dan Olahraga untuk kelas 4, 5, dan 6.