Tentang Kekalahan dalam Kompetisi

Pasti sakit ketika kamu tidak menang dalam sebuah kompetisi. Pasti sakit ketika kamu tahu kamu berada diposisi nyaris menang. Misalnya kau berada di peringkat tiga, padahal hanya juara satu dan dua yang diambil, malah juara 1 saja. Betapa kamu ingin marah kenapa orang yang berada diposisi nyaris itu adalah kamu.

Jujur saja, saya juga mengalaminya beberapa kali, misalnya:

1.       Saya masuk Octofinal NUEDC 2010. Saat menuju quarter saya berada di posisi ketiga karena tim debat saya kurang merespon sampai akhir padahal kasus-kasus yang dibawa sudah bagus dan berpotensi berada diperingkat 2.

2.       Saya masuk peringkat 2 mawapres UPI 2010, padahal perwakilan UPI ke nasional hanya 1. Presentasi saya peringkat pertama namun nilai-nilai yang lain tidak begitu tinggi.

3.       Saya peringkat 3 speech contest di UIN 2011 kemarin, dan yang diambil hanya 2 peserta terbaik yang diambil.

Dan memang benar bahwa kemenangan tidak mencerminkan kualitas. Saya percaya itu.

Ketika bertanding, pasti ada keyakinan bahwa kamu pasti bisa melakukannya, kita bisa lebih unggul dengan yang lain dengan segala persiapannya. Tapi terkadang kita lupa beberapa hal yang tidak bisa diterima dengan logika, tapi memang benar adanya. Salah satunya adalah kekuatan Tuhan. Ini yang terkadang kita lewatkan. Kita telah latihan berhari-hari dalam sebuah kompetisi, namun kita lupa untuk berdoa atau bersedekah atau menjalankan kewajiban kita selaku ciptaan Tuhan.

Mungkin tim yang kita anggap biasa memiliki nilai spiritual yang lebih baik di mata Tuhan sehingga dia “deserve” untuk mendapat imbalan berupa kemenangan. Dia bisa saja berusaha lebih keras daripada kita dan Tuhan mendengar doanya. Tuhan akan memberi kita kekalahan untuk belajar bahwa kita bukanlah yang paling bagus saat itu, atau bagus kita belum sempurna.

Lewat tulisan ini saya ingin berbagi kepada kamu yang memiliki semangat kompetisi.

“This is always about effort and reward, logic and belief”