Among-among

Di dusun tempat saya dibesarkan, Lohjinawai, masih kental sekali dengan perayaan adat Jawa, atau orang-orang sini menyebutnya Slametan. Selametan adalah perayaan syukuran terhadap waktu-waktu tertentu misalnya pada saat membuat rumah baru, mengenang satu minggu orang yang meninggal, Maulid Nabi, sampai Selametan untuk anak-anak. Slametan anak-anak ini disebut juga “Among-among”.

Among -among ini biasanya dilaksanakan pada saat “Muyen” atau pada saat bayi diberi nama, saat bayi sembuh dari suatu penyakit (pada kondisi tertentu seorang bayi harus berganti nama karena dipercaya bisa memperbaiki kondisi jiwa anak), termasuk ketika seorang balita dengan sukses lepas dari ASI (tidak nenen lagi, hehe).

Ketika bayi menginjak “Selapan” atau 36 hari dan kelipatannya,among-among juga dilaksanakan. Ceritanya kemarin saya menghadiri among-among keponakan saya yang berusia 3 lapan (3×36 hari). Siapa yang diundang? adalah mereka yang masih balita, masuk sekolah dasar, sampai SMP,karena dipercaya anak-anak belum menanggung dosanya sendiri, jadi doa-doanya bisa mudah dikabulkan, katanya. Doa setiap among-among peringatan usia seperti ini berisi harapan agar seorang anak bisa tumbuh seha, pintar, dan berakhlak.

Makanan yang dibuat adalah nasi, “kluban”/urap, telur, dan kerupuk merah. Makanan unik tersebut dimasukan kedalam “takir’ atau wadah makanan yang dibuat dari daun pisang. Nah, ada ritual yang khas di sini. Setelah makanan di “doain” anak-anak yang mengamini diberi cipratan air dengan menggunakan daun “towo” atau daun katuk (daun yang biasa digunakan untuk membersihkan tempat keluar ASI). Ya berasa ada gerimis di dalam ruangan, atau hujan lokal, hehe.

Hore…waktunya dapat takir. Among-among ini sangat kental sekali dengan ucap syukur ketika seorang anak berhasil dalam pencapaian tertentu.

Meskipun saya sudah besar, besar sekali, ya..saya ikutan makan…hitung-hitung mengenang tradisi. Apakah kamu juga pernah ikut perayaan seperti ini juga?

“Sebuah tradisi dan Agama memang tidak selamanya sejalan, tetapi tradisi adalah bagian dari kehidupan kita. Itulah bagaimana kita memaknai sebuah pencapaian..”