Gender Stereotype dalam Percakapan Jawa

Dalam kehidupan masyarakat Jawa, gender stereotype masih sangat kental, bahkan telah mengakar lewat bahasa. Sering kali dalam pembahasan pernikahan, orang Jawa mengatakan “ulih wong ngendi?” atau “dapet orang mana?” yang menunjuk pada pengantin laki-laki yang menikah dengan perempuan mana. Jika pertanyaannya seputar perempuan yang menikah dengan laki-laki mana, maka yang ditanyakan adalah “dipek wong ngendi” atau “dipetik orang mana”.

Ulih won ngendi” seakan menyiratkan kalau laki-laki itu yang mencari, yang berusaha, sementara perempuan itu mungkin yang diam menunggu. Kalimat “dipek wong ngendi” juga hampir sama maknanya, bahkan menyiratkan kalau wanita itu istimewa. Dipetik ibarat sebuah bunga, yang kemudian dipetik untuk dijadikan miliknya. Suit suittt!!!!!.

Gender stereotype ini di masyarakat Jawa sepertinya berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang patriarki – laki-laki lebih bekuasa ketimbang wanita. Dulu, atau mungkin sebagian masih ada sekarang, di zaman ibu saya kecil, seorang ayah mendapat jatah makan paling banyak juga dengan lauk yang paling enak, sementara anak dan istrinya hanya mendapat sebagian. Logisnya pastilah karena ayah adalah kepala keluarga, yang mencari uang dan bertanggungjawab membangun keluarga. Semacam upah keringat. Tapi sekarang, seiring wanita juga makin diberi ruang untuk bersuara dan faktor-faktor lain, tak ada lagi istilah laki-laki mendapatkan jatah yang lebih banyak ketika makan. Yang penting bukan banyaknya makanan, tapi bagaimana indahnya makan bersama keluarga atau makan berdua suami-istri.

***

Tiba-tiba iklan bedak bayi lewat “kalau liat bayi lucu diiklan tivi, seneng lho” kata ibu saya. “Bu, nggak nyuruh saya cepet-cepet kawin kan????????”

Mengapa “Suprayogi Salim” bukan “Suprayogi”

Banyak sekali teman saya yang bertanya mengapa nama saya menjadi Suprayogi Salim, padahak saya hanya memiliki satu nama, Suprayogi saja. Namun, justru satu nama itulah masalahnya.

Saya tidak bermaksud mengganti nama saya secara akademik atau secara hukum, nama saya tetap sesuai dengan Akte Kelahiran saya. Saya hanya akan menggunakan nama Suprayogi Salim di internet. Mengapa? Continue reading